Marketing Executive dalam Era Digital: Peran, Strategi, dan Implikasi Berdasarkan Evidence Akademik
Ditulis oleh: Dr. Dwi Suryanto – Pakar Manajemen dan CEO Borobudur Training & Consulting
17 November 2025
Pendahuluan
Transformasi digital telah mengubah lanskap pemasaran secara fundamental. Peran marketing executive kini tidak hanya berfokus pada penyusunan strategi promosi, tetapi juga pada pemanfaatan teknologi, analisis data, perilaku konsumen digital, serta pengelolaan konten visual lintas platform.
Sebagai praktisi manajemen sekaligus pelaku industri pelatihan, saya melihat bahwa kompetensi marketing executive modern harus didukung oleh evidence ilmiah. Pendekatan berbasis data inilah yang menjadi dasar artikel ini sekaligus landasan pengembangan Marketing Gallery Training di Borobudur Training & Consulting (https://borobudur-training.com/).
Konsep dan Teori Utama
Dalam literatur pemasaran, marketing executive berperan mengelola marketing mix, memahami kebutuhan pasar, serta menciptakan pengalaman pelanggan yang konsisten. Namun, efektivitas model 4P mulai dipertanyakan dalam ranah digital.
-
Dr. Shashi Kant (2020) menilai bahwa model 4P kurang adaptif terhadap karakteristik digital yang bersifat dinamis dan interaktif.
-
Pemasaran kini semakin dipengaruhi oleh konten visual, media sosial, serta personalisasi berbasis kecerdasan buatan.
-
Visual Social Media Marketing (VSMM) menjadi faktor strategis dalam mempengaruhi preferensi konsumen (Al-Gasawneh et al., 2023).
Perubahan konstruksi perilaku konsumen ini menuntut marketing executive untuk menguasai digital literacy, storytelling visual, serta analitik berbasis teknologi cerdas.
Analisis dan Sintesis Evidence Jurnal
1. Peran Konten Visual dan Media Sosial
Al-Gasawneh et al. (2023) menunjukkan bahwa VSMM berpengaruh signifikan (p < 0,05) terhadap niat beli konsumen real estate. Elemen visual berkualitas tinggi meningkatkan persepsi nilai dan stimulus emosional.
Temuan ini juga diperkuat oleh studi Keller & Gierl (2020) yang menemukan bahwa:
-
penggunaan gambar hewan dalam iklan mampu meningkatkan brand favorability hingga 15%.
2. Pengaruh Kecerdasan Buatan dalam Ekosistem E-Commerce
Agrawal (2025) melaporkan bahwa integrasi AI pada e-commerce mampu meningkatkan:
-
conversion rate hingga 45%,
-
frekuensi pembelian sebesar 25%,
-
akurasi deteksi penipuan hingga 99,8%,
-
mengurangi checkout abandonment sebesar 25%.
Fakta empiris ini menunjukkan bahwa marketing executive wajib memahami implementasi teknologi AI dalam personalisasi dan otomasi pemasaran.
3. Content Marketing dan Influencer Marketing
Riset Nurani et al. (2024) menemukan bahwa:
-
content marketing berpengaruh signifikan (t=2,132; p=0,036),
-
influencer marketing memiliki dampak lebih kuat (t=3,651; p=0,000),
-
keduanya memberikan pengaruh signifikan secara simultan (F=25,402; p<0,05).
4. Keamanan Aplikasi sebagai Faktor Kepuasan
Penelitian Oh & Kim (2022) menunjukkan bahwa keamanan merupakan faktor penentu paling kuat dalam meningkatkan kepuasan pengguna aplikasi mobile banking (berdasarkan analisis 96.140 ulasan). Implikasinya: marketing executive harus memastikan keamanan digital menjadi bagian dari komunikasi merek.
5. Keberlanjutan dan Nilai Sosial
Ilodigwe (2024) menemukan bahwa:
-
81% konsumen mendukung kampanye berkelanjutan,
-
87% bersedia membeli produk yang memiliki dampak sosial/lingkungan positif.
6. Peluang Pasar Generasi Z
Simangunsong (2018) menunjukkan bahwa Generasi Z menguasai hampir 40% daya beli konsumen pada 2020, dengan:
-
peningkatan pembelian pakaian online sebesar 22%,
-
pertumbuhan ritel nasional sebesar 6%.
Pola Hubungan Sebab-Akibat (Cause-Effect)
Berbagai bukti akademik memperlihatkan pola berikut:
-
Konten visual berkualitas → meningkatnya niat beli dan brand favorability.
-
AI-driven personalization → peningkatan konversi dan retensi pelanggan.
-
Content & influencer marketing → keputusan pembelian lebih kuat dan cepat.
-
Keamanan digital → kepuasan serta kepercayaan pelanggan meningkat.
-
Nilai keberlanjutan → memperkuat loyalitas dan dukungan konsumen.
-
Pemahaman Gen Z → peluang ekspansi pasar ritel dan e-commerce.
Implikasi dan Rekomendasi Praktis untuk Marketing Executive
Berdasarkan evidence ilmiah dan pengalaman saya sebagai konsultan, berikut rekomendasi strategis:
1. Prioritaskan Visual Storytelling
Gunakan elemen visual yang menarik, konsisten, dan sesuai identitas merek. Elemen visual tertentu—termasuk gambar hewan—terbukti meningkatkan engagement.
2. Integrasikan AI untuk Personalisasi
AI bukan lagi pilihan, tetapi kebutuhan. Mulai dari analitik prediktif hingga segmentasi otomatis, AI meningkatkan efektivitas setiap tahapan customer journey.
3. Optimalkan Content dan Influencer Marketing
Kedua strategi ini terbukti secara statistik mempengaruhi keputusan konsumen. Pilih influencer yang autentik dan relevan.
4. Pastikan Keamanan sebagai Value Proposition
Bangun komunikasi pemasaran yang menekankan keamanan, privasi, dan transparansi.
5. Gunakan Narasi Keberlanjutan
Komunikasikan komitmen terhadap isu lingkungan dan sosial secara konkret, bukan sekadar slogan.
6. Fokus pada Generasi Z
Sesuaikan format konten, bahasa, dan kanal dengan preferensi digital mereka.
Kesimpulan
Marketing executive memiliki peran yang semakin strategis di era digital. Evidence akademik menunjukkan bahwa kesuksesan pemasaran modern ditentukan oleh kemampuan mengintegrasikan konten visual, teknologi AI, keamanan digital, dan nilai keberlanjutan.
Dengan memahami pola cause-effect antar variabel pemasaran dan mengadaptasinya secara tepat, marketing executive dapat merancang strategi yang bukan hanya efektif secara jangka pendek, tetapi juga menciptakan hubungan jangka panjang dengan konsumen.
Untuk memperdalam keterampilan ini secara aplikatif, Anda dapat mengikuti Pelatihan Marketing Gallery Borobudur Training & Consulting yang dirancang berbasis riset dan studi kasus dunia nyata:
👉 https://borobudur-training.com/
Comments are closed.