Oleh: dr. dwi suryanto
Membangun Dasar Kesuksesan Anak: Keefektifan Diri
Pendahuluan
Dalam dunia pengasuhan anak, Dr. Aliza Pressman, seorang psikolog di Amerika, telah menjadi suara penting selama hampir dua dekade. Sebagai psikolog yang berdedikasi, ia telah menyelami berbagai strategi untuk merawat dan membesarkan generasi penerus yang baik dan berhasil. Dari sekian banyak keterampilan yang dibahas, ada satu yang sering kali luput dari perhatian banyak orang tua: keefektifan diri.
Definisi Keefektifan Diri
Keefektifan diri bukanlah sekadar perasaan baik tentang diri sendiri atau pujian tanpa dasar. Ini adalah keyakinan dalam diri individu tentang kemampuan mereka untuk memenuhi tugas dan mencapai tujuan. Sementara harga diri mungkin berteriak, “Aku hebat!”, keefektifan diri lebih fokus pada, “Aku memiliki apa yang diperlukan untuk memecahkan ini dan mencapai tujuan yang telah kutetapkan.”
Pentingnya Keefektifan Diri
Mengapa keefektifan diri begitu krusial? Anak-anak yang memiliki keefektifan diri yang kuat cenderung lebih berani menantang diri mereka sendiri dan berinvestasi dalam usaha. Mereka tidak cepat menyalahkan keadaan atau menganggap kekurangan talenta sebagai penghalang tetap. Sebaliknya, mereka fokus pada apa yang bisa mereka kontrol dan bagaimana mereka bisa mengatasi hambatan.
Contoh dari keefektifan diri dalam aksi bisa dilihat ketika seorang anak menghadapi materi pelajaran yang sulit. Daripada menyerah dan mengatakan, “Aku tidak pintar cukup untuk ini,” anak dengan keefektifan diri yang tinggi akan berkata, “Aku belum mengerti ini sekarang, tapi aku bisa belajar dan mengatasinya.” Sikap ini membuka jalan untuk pertumbuhan dan pembelajaran yang berkelanjutan, tidak hanya di sekolah tetapi juga dalam berbagai aspek kehidupan.
Dengan menekankan pada kemampuan untuk bertumbuh dan belajar dari kesalahan, keefektifan diri membantu anak mengembangkan pola pikir yang resilien. Mereka belajar untuk melihat kegagalan sebagai bagian dari proses belajar, bukan sebagai batasan dari kemampuan mereka. Ini adalah fondasi yang kuat untuk kesuksesan di masa depan, memungkinkan mereka untuk menghadapi tantangan dengan keberanian dan determinasi.
Pentingnya mengajarkan keefektifan diri kepada anak tidak bisa diremehkan. Melalui pendidikan dan contoh yang diberikan oleh orang tua dan pengajar, anak-anak dapat membangun keyakinan dalam kemampuan mereka sendiri yang akan mendukung mereka melalui tantangan hidup. Dr. Pressman menekankan bahwa mengembangkan keefektifan diri pada anak adalah investasi dalam kemampuan mereka untuk meraih kesuksesan, tidak hanya secara akademis, tetapi dalam semua aspek kehidupan mereka.
Sumber Keefektifan Diri
Keefektifan diri tidak muncul dari kekosongan. Ada empat sumber utama yang dapat membangun kepercayaan diri ini pada anak-anak:
Pengalaman Berhasil
Kesuksesan membangun kepercayaan. Namun, penting bagi orang tua untuk menantang anak-anak mereka pada level yang tepat. Memberikan tugas yang terlalu mudah tidak memberi mereka kesempatan untuk tumbuh, sedangkan tugas yang terlalu sulit bisa menimbulkan frustrasi. Keseimbangan ini memungkinkan anak-anak untuk mengalami keberhasilan yang autentik, yang pada gilirannya memperkuat keefektifan diri mereka. Sebagai contoh, anak yang berhasil memecahkan puzzle yang sedikit lebih sulit dari biasanya akan merasa lebih kompeten dan siap menghadapi tantangan selanjutnya.
Melihat Orang Lain Berhasil
Pemodelan sebaya memiliki dampak yang kuat. Ketika anak-anak melihat orang lain yang mereka anggap mirip dengan diri mereka sendiri—dalam hal usia, ras, atau minat—mencapai tujuan, mereka mulai percaya bahwa mereka juga bisa sukses. Ini bukan tentang meniru secara buta, tetapi tentang melihat kemungkinan dan jalur menuju kesuksesan. Misalnya, seorang anak yang melihat teman sekelasnya memperbaiki kesalahan dan mendapatkan jawaban yang benar mungkin akan terinspirasi untuk mengadopsi pendekatan yang sama.
Pengingat tentang Sejarah Kesuksesan
Cara kita membingkai cerita masa lalu kita sangat mempengaruhi pandangan kita tentang kemampuan di masa depan. Anak-anak yang diajarkan untuk mengingat dan merayakan keberhasilan mereka, bahkan yang kecil sekalipun, cenderung mengembangkan rasa kompetensi yang lebih kuat. Menceritakan kembali kisah-kisah tentang bagaimana mereka mengatasi hambatan dapat menjadi alat yang sangat efektif untuk memperkuat keefektifan diri. Ini menunjukkan bahwa mereka telah berhasil sebelumnya dan dapat berhasil lagi.
Ketenangan Fisik
Ketegangan dan kecemasan bisa menghalangi kemampuan untuk berprestasi. Mengajarkan anak-anak cara menenangkan diri—seperti melalui pernapasan sadar—dapat membantu mereka mengatasi respons fisik terhadap stres atau kecemasan. Dengan merasa lebih tenang, anak-anak lebih mampu fokus, berpikir jernih, dan menunjukkan kemampuan terbaik mereka. Praktik ini tidak hanya berguna dalam situasi akademik tetapi juga dalam berbagai aspek kehidupan mereka.
Melalui pengalaman berhasil, melihat orang lain berhasil, pengingat tentang sejarah kesuksesan, dan ketenangan fisik, anak-anak dapat mengembangkan dan memperkuat keefektifan diri mereka. Orang tua dan pendidik memainkan peran penting dalam menyediakan sumber-sumber ini dan mendukung pertumbuhan keefektifan diri pada anak-anak, membekali mereka dengan kepercayaan dan alat yang mereka butuhkan untuk menghadapi dunia.
Mendorong Mencoba Hal yang Sulit
Salah satu cara paling efektif untuk membangun keefektifan diri adalah dengan mendorong anak untuk menghadapi tantangan. Menggantikan mantra “Latihan membuat sempurna” dengan “Usaha membawa evolusi” menekankan pentingnya proses dan usaha daripada hasil akhir yang sempurna. Sebagai contoh, anak yang kesulitan dalam matematika mungkin merasa terintimidasi oleh rumus-rumus baru. Dengan mendorong mereka untuk mencoba dan melihat setiap kesulitan sebagai kesempatan belajar, kita menanamkan mentalitas bahwa pertumbuhan dan perkembangan adalah bagian dari proses belajar.
Klarifikasi untuk Memperbaiki
Ketika anak membuat kesalahan, pendekatan yang penuh empati dan konstruktif adalah kunci. Daripada hanya menandai jawaban mereka dengan tinta merah dan berkata “Salah lagi,” lebih baik kita restate, rephrase, atau clarify instruksi. Ini membantu anak-anak memahami kesalahan secara kontekstual dan belajar darinya. Misalnya, jika anak menyebut apel merah sebagai “biru,” respons yang mendukung bisa, “Oh, ya, blueberry itu biru, dan ini adalah apel merah.” Pendekatan ini memperkuat pembelajaran tanpa merendahkan.
Pujian yang Spesifik
Pujian yang tulus dan spesifik sangat penting dalam membangun keefektifan diri. Daripada umpan balik yang umum seperti “Kerja bagus!”, lebih bermanfaat untuk mengakui usaha spesifik, seperti “Saya melihat betapa kerasnya kamu bekerja untuk menyelesaikan masalah itu,” atau “Kamu sangat kreatif dalam mencari solusi!” Ini menunjukkan kepada anak-anak bahwa kita menghargai proses mereka dan mengakui usaha yang mereka lakukan.
Menunjukkan Strategi
Mengajarkan anak-anak untuk melihat hubungan antara strategi yang mereka gunakan dan hasil yang mereka capai sangat penting. Jika anak sukses dalam suatu tugas setelah menggunakan strategi tertentu, tunjukkan kepada mereka hubungan tersebut. Misalnya, “Saya perhatikan kamu membuat garis besar sebelum menulis esaimu, dan itu benar-benar membantu menjaga pikiranmu tetap teratur!” Ini mengajarkan bahwa kegagalan dan kesuksesan bukanlah hasil dari keberuntungan atau kekurangan tetap, tapi dari strategi dan usaha yang dapat diperbaiki dan ditingkatkan.
Kesimpulan
Mengajarkan keefektifan diri adalah salah satu aspek terpenting dalam pengasuhan yang bertujuan untuk membesarkan anak-anak yang sukses dan tahan banting. Keefektifan diri memberi anak-anak alat untuk menghadapi tantangan, belajar dari kesalahan, dan merayakan keberhasilan mereka. Dengan fokus pada usaha, strategi, dan pembelajaran dari pengalaman, kita bisa membantu anak-anak mengembangkan keyakinan pada kemampuan mereka sendiri untuk mencapai tujuan dan mengatasi hambatan. Melalui dukungan, bimbingan, dan pengakuan yang tulus dari usaha mereka, anak-anak dapat tumbuh menjadi individu yang kompeten, percaya diri, dan siap menghadapi dunia.
Comments are closed.