Appreciative Inquiry (AI) adalah cara menjadi sesuatu dan melihat sesuatu.
Ini adalah pendekatan berupa worldview dan process view dalam memudahkan terjadinya perubahan positif dalam human systems, misalnya organisasi, kelompok, dan komunitas.

Asumsinya sederhana: Setiap human system pasti memiliki sesuatu yang sukses – sesuatu yang benar yang bisa menjadikan hidup orang menjadi lebih efektif, lebih positif dan sukses.
AI memulainya dengan mengidentifikasi hal-hal inti yang positif ini dan meng-connect-kan dengan cara-cara yang bisa mempertinggi energy, mempertajam visi, dan menginspirasi tindakan untuk mengubah sesuatu menjadi lebih baik.
AI dipelopori oleh David Cooperrider dan Suresh Srivastva di tahun 1980-an dua orang professor pada Weatherhead School of Management at Case Western Reserve University.
Para konsultan bidang Appreciative Inqury ini menerapkan AI ini pada berbagai bidang dan bisa sukses untuk mengubah organisasi, perusahaan berdasar pada strengths-based change pada ribuan perusahaan di seluruh dunia.
Ketika anda menggunakan metodologi Appreciative Inquiry, anda bisa memperoleh gambaran terhadap model mental, belief systems, nilai-nilai (values), motivasi, harapan, dan mimpi-mimpi karyawan ketika mereka sedang share cerita-cerita sukses mereka.
Ketika menerapkan AI ini, orang-orang akan mendengarkan cerita orang lain. Mereka akan saling berbagi pengetahuan, berbagi harapan. Hanya dengan itu mereka menjadi lebih produktif, lebih mau mendengar orang lain, dan akhirnya melahirkan pemahaman-pemahaman baru.
Ketika orang mulai menggeser perspektif mereka, dan bisa melihat diri dan orang lain sebagai saling menghargai, melihat hal-hal positif pada orang lain, maka suasana positif akan menaik, dan kinerja akan meningkat.
|